Advertisement
Nasional.Top - Aceh Barat Daya - Peringati Hari Ulang Tahun Aceh Barat Daya ke-23th, Badan Penelitian dan Pengembangan Museum Susoh melakukan pendataan serta penataan situs makam Datuk Tuha Susoh yang bertempat di Desa Panjang Baru, Susoh, Aceh Barat Daya. Tim tersebut beranggotakan; Aris Faisal Djamin, Assauti Wahid S.Hum M.Ag, Sayyid Zarwan Jamalullail dan Sayyid Habiburrahman Alatas. Kegiatan ini juga didampingi oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Aceh Barat Daya.
Situs makam Datok Tuha ini diperkirakan sudah ada sejak abad ke-18 (1701-1800), yang terlihat dari jenis nisan yang bertipologi Aceh Darussalam dengan motif segi delapan yang umumnya tersebar di sepanjang pantai barat-selatan Aceh. Hal tersebut dijelaskan oleh Aris Faisal Djamin selaku ketua tim di sela-sela kegiatan.
"Makam ini sudah lama menjadi perhatian kita bersama, awalnya makam tersebut dianggap mistik akan tetapi kami melakukan sosialisasi melalui ceramah subuh pada masjid desa tersebut untuk menumbuhkan kembali kesadaran masyarakat tentang melindungi situs sejarah. Ditambah dengan aparatur desa juga berkeinginan untuk memugar dan menjaga makam tersebut" Ungkap Aris
Masih dalam penjelasan yang sama Aris menjelaskan bahwa; "Jika dilihat dari motif batu nisan maka makam tersebut sudah jelas empunya adalah seorang bangsawan atau uleebalang, untuk menetapkan ini makam siapa harus dilakukan penelitian secara mendalam. Berdasarkan dari zona pemerintahan di Bandar Susoh kala itu, merujuk pada catatan K.F.H van Langen mengatakan bahwa wilayah Susoh dari Kampung Rawa, Durian Rampak dan Kampung Barat (termasuk lokasi sekarang) atau kiri Sungai Pinang merupakan wilayah yang dikuasai oleh Datok Tuha". Tutupnya.
![]() |
Tim Museum Susoh bersama Pemerintah Gampong Panjang Baru Susoh dan Perwakilan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Aceh Barat Daya. |
Tim Balitbang Museum Susoh akan mempublikasikan hasil penelitian tersebut paling lambat 2 minggu setelah penelitian serta akan disampaikan ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Aceh Barat Daya untuk bisa dilakukan pemugaran. Terlebih satu bulan yang lalu makam tersebut tidak sengaja dilakukan pengecatan oleh masyarakat yang kurang paham tentang situs cagar budaya, sehingga diharapkan kejadian yang sama tidak terulang kembali.
Selain Aris, tim juga didampingi Assauti Wahid selaku peneliti dari Forum Alumni Sejarah Kebudayaan Islam (FASKI) UIN Ar-Raniry Banda Aceh, ia mengungkapkan bahwa situs yang telah mereka teliti tersebut dalam kondisi memprihatinkan dan sudah selayaknya untuk situs abad 18 tersebut agar dilakukan pemugaran dan perawatan.